Rabu, 18 November 2015

makalah manajement lembaga pendidikan islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Motivasi merupakan dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memiliki dorongan karena ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan motivasi sangat diharapkan agar dapat membuat sumber daya manusia untuk giat bekerja, serta mempunyai semangat dalam melakukan apa yang dikerjakan yang menjadi tujuan dari lembaga pendidikan.
Untuk itu motivasi kerja dalam sebuah lembaga pendidikan islam itu sangat penting dan merupakan kebutuhan untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan dan ditetapkan oleh lembaga pendidikan islam.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari motivasi?
2.      Bagaimana teori kebutuhan?
3.      Bagaimana teori harapan?
4.      Bagaimana teori tujuan?
5.      apa saja model-model motivasi dalam lembaga pendidikan islam?
C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui arti dari motivasi
2.      Untuk mengetahui teori kebutuhan
3.      Untuk mengetahui teori harapan
4.      Untuk mengetahui teori tujuan
5.      Untuk mengetahui model-model motivasi dalam lembaga pendidikan islam


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi
(Hasibuan, 2000:141) Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara menggerakkan dan mengerahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
(Saefullah: 2012) sebagaimana mengutip para ahli antara lain sebagai berikut:
1.         Menurut Wexly & Yukl mengartikan motivasi sebagai proses menggerakkan agar bergerak dengan energis. Dengan demikian motivasi berarti dorongan yang menimbulkan seseorang untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi, latar belakang seseorang bertindak adalah adanya dorongan dari dalam ataupun dari luar.
2.         Robin mengatakan bahwa motivasi merupakan proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketentuan individu dalam mencapai sasaran.
3.         Abraham Sperling mendefinisikan motivasi sebagai kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri, diakhiri dengan penyesuaian diri.
4.         Fillmore H.Standford menjelaskan bahwa motivasi adalah kondisi yang menggerakkan manusia pada tujuan tertentu.
5.         Menurut Saefullah motivasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah pada tujuan tertentu. Motivasi mempunyai karakteristik yaitu:
a.         Sebagai hasil dari kebutuhan
b.        Terarah pada suatu tujuan
c.         Menopang perilaku
Dengan demikian, motivasi adalah kondisi yang dapat menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam lembaga pendidikan islam, motivasi kerja para guru dapat diartikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja di bidang pendidikan berbasis islami. Untuk meningkatkan motivasi kerja para guru diperlukan pengondisian dari lembaga (pimpinan) dalam bentuk pengerahan dan pemeliharaan kondisi kerja yang dapat menstimulasi kualitas kinerja.
(Saefullah 2012) sebagaimana mengutip David Mc. Clelland tentang pandangan modern teori motivasi, yang mengemukakan empat macam kebutuhan manusia, yaitu sebagai berikut:
1.         Need of Achievement ( Motivasi Berprestasi)
Motivasi berprestasi (Achievement Motivation) merupakan dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memiliki dorongan ini ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan.
2.         Need of Affiliation (Motivasi Bersahabat)
Kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Motivasi bersahabat (Affiliation Motivation) adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atas dasar sosial.
3.         Competence Motivation (Motivasi Kompetensi)
Motivasi kompetensi (competence motivation) adalah dorongan  untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan berusaha keras untuk inovatif.
4.         Need of Power (Motivasi Berkuasa)
Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.
B.     Teori kebutuhan
Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula. Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (material dan nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan baginya Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya.
Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonomi lemah) cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis bergerak ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap. Terlepas menerima atau tidak kebutuhan berhierarkhi, mengetahui jenis-jenisnya adalah memberikan kontribusi silang saling memenuhi. Seperti seseorang berusaha keras mencari pekerjaan yang tidak lain mengimplementasikan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Secara umum diketahui Frederick Herbertg berteori dua situasi yang mempengaruhi tenaga kerja saat bekerja. Situasi pertama, yaitu, pemuasan yang berarti sumber kepuasan kerja seperti:prestasi, pengukuhan hasil kerja, daya tarik pekerjaan, dan tanggung jawab serta kemajuan.
Situasi kedua tidak lain ketidak puasan yang bersumber dari: kebijakan, supervisi, uang, status, rasa aman, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja. Dalam hal ini, jika situasi pertama tidak ada tidak menimbulkan ketidak puasan berlebihan. Karena ketidakpuasan muncul dari tidak memperhatikan situasi kedua. Perhatian terhadap indikator situasi pertama menjadi motivasi tenaga kerja dalam bekerja. Tampak berbasis teori ini jika ingin tenaga kerja termotivasi maka mesti memberikan situasi pertama.
Dalam hipotesisnya, Abraham Maslow mengatakan bahwa pada diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan:
1.         Psikilogis
Antara lain rasa lapar, haus, perlindungan, (pakaian dan perumahan), kebutuhan jasmani dan lain sebagainya.
2.         Keamanan
Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
3.         Sosial
Mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima-baik dan persahabatan
4.         Penghargaan
Mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi dan prestasi serta faktor penghormatan dari luar seperti status, pengakuan dan perhatian.
5.         Aktualisasi diri
Dorongan untuk menjadi seseorang/ sesuatu sesuai ambisinya; yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi dan pemenuhan kebutuhan diri.
C.    Teori Harapan
(Sondang P Siagan: 2014) Salah satu hasil para usaha ilmuan yang mendalami teori motivasi ialah dikembangkannya apa yang dikenal dengan teori harapan. Dewasa ini, dapat dikatakan bahwa teori harapan adalah teori dipandang paling baik menjelaskan motivasi seseorang dalam kehidupan organisasionalnya.
Inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya cenderungnya seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan harapan bahawa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan.
Teori ini mengandung tiga variable, yaitu daya tarik, hubungan antara prestasi kerja dengan imbalan serta hubungan ( kaitan) antara usaha dan prestasi kerja.
Yang dimaksud dengan daya tarik ialah sampai sejauh mana seseorang merasa pentingnya hasil atau imbalan yang diperoleh dalam penyelesaian tugasnya. Artinya, sampai sejauh mana yang diperoleh dalam bentuk imbalan memainkan peranan dalam pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan.
Yang dimaksud dengan kaitan antara prestasi kerja dan imbalan ialah tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara tingkat prestasi kerjanya dengan pencapaian hasil tertentu.
Yang dimaksud dengan kaitan antara usaha dan prestasi kerja ialah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu akan menjurus kepada prestasi kerja.
Dinyatakan dengan cara lain teori harapan berkata bahwa apakah seseorang mempunyai keinginan untuk menghasilkan sesuatu karya pada waktu tertentu tergantung pada tujuan-tujuan khusus orang yang bersangkutan dan pada persepsi orang tersebut tentang nilai suatu prestasi kerja sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut.
Pendalaman teori harapan akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Kuatnya motivasi seseorang berprestasi (usahanya) tergantung pada pandangannya tentang betapa kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai apa yang diusahakan untuk dicapai.
2.      Jika tujuan ini tercapai (prestasi kerja), timbul pertanyaan apakah ia akan memperoleh imbalan yang memadai dan, apabila imbalan itu diberikan oleh organisasi, apakah imbalan itu akan memuaskan tujuannya atau kepentingannya?
Penganjur teori ini mengatakan bahwa terdapat empat pertanyaan yang harus terjawab dalam memahami dan menerapkan teori ini.
Pertanyaan pertama ialah : hasil apakah yang diperkirakan akan diperoleh dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu? Hasil yang diharapkan itu tentunya dapat bersifat positif seperti penghasilan dalam bentuk upah atau gaji, keamanan, terpenuhi kebutuhan sosial, kepercayaan, aneka ragam bonus dan keuntungan materil lainnya, kesempatan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki dan kesempatan mengembangkan bakat tertentu serta hubungan yang bersahabat dengan orang-orang dengan siapa pekerja melakukan interaksi. Akan tetapi tidak boleh dilupakan bahwa “ hasil” yang mungkin diperoleh itu dapat pula bersifat negative seperti kelelahan, frustasi keresahan, supervise yang keras, ancaman pemutusan kerja. Menurut teori ini, kenyataan tidak penting disini. Yang penting adalah persepsi tentang orang tentang hasil apa yang akan diperoleh, terlepas dari apakah persepsi itu tepat atau tidak.
Pertanyaan kedua ialah: Apakah dalam pandangan para pekerja hasil tersebut mempunyai daya tarik atau tidak? Artinya, perlu ditanyakan bagaimana persepsi para pekerja tentang hasil tersebut: apakah positif, negatif atau netral? Jawaban terhadap pertanyaan ini bersifat sangat individual karena jawaban seseorang terhadap berbagai pertanyaan tersebut diwarnai antara lain oleh kepribadian, nilai-nilai yang dianut dan kebutuhan orang yang bersangkutan.
Pertanyaan ketiga ialah: Perilaku yang bagaimana harus ditunjukan oleh seorang pekerja hasil tersebut diperolehnya? Hal ini penting karena hasil tersebut tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap prestasi kerja seseorang kecuali ia mengetahui secara jelas apa yang harus dikerjakannya untuk memperoleh hasil-hasil tersebut.
Pertanyaan keempat ialah: bagaimana pendapat pekerja tertentu tentang peluangnya untuk berbuat sesuai dengan tugas yang diletakan diatas bahunya?
Teori Harapan ini didasarkan atas: 
1.      Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan akan berkisar antara nilai negatif (sangat tidak diinginkan sampai dengan nilai positif (sangat diinginkan). Harapan negatif menunjukkan tidak ada kemungkinan sesuatu hasil akan muncul sebagai akibat dari tindakan tertentu, bahkan hasilnya bisa lebih buruk. Sedangkan harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan muncul sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau perilaku; 
2.      Nilai (Valence), adalah kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu. Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih. 
3.      Pertautan (Instrumentality), yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif, apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkannya. Indeks yang merupakan tolok ukur berapa besarnya perusahaan akan memberikan penghargaan atas hasil usahanya untuk pemuasan kebutuhannya.
Kunci dari harapan ialah pemahaman tujuan individual dan kaitan antara usaha dan prestasi kerja, antara prestasi kerja dan imbalan, serta antara imbalan dan pencapaian tujuan hidup. Teori ini didasarkan pada: model contingency “,dan dengan demikian menekankan bahwa tidak ada prinsip yang bersifat universal untuk menjelaskan motivasi seseorang. Tambahan pula, menurut teori ini, hanya karena dapat dipahami kebutuhan apa yang ingin dipuaskan oleh seseorang tidak menjamin bahwa orang yang bersangkutan mempunyai persepsi bahwa prestasi kerja yang tiggi berakibat pada pemuasan berbagai kebutuhannya.
Daya tarik teori harapan ini berangkat dari 4 hal berikut:
1.      Teori ini menekankan imbalan. Artinya menurut teori ini terdapat keyakinan  bahwa imbalan yang diberikan oleh organisasi sejajar dengan apa yang diinginkan oleh pekerja yang berarti bertitik tolak dari kepentingan pekerja dalam mana setiap orang berusaha memaksimalkan kepuasannya.
2.      Para manajer harus memperhatikan daya tarik imbalan yang memerlukan pemahaman dan pengetahuan tetang nilai apa yang diberikan oleh pekerja pada imbalan yang diterimanya. Para manajer hendaknya memberikan imbalan kepada para pekerja yang oleh pekerja senddiri dinilai tinggi.
3.      Teori harapan menekankan perilaku yang diharapkan dari para pekerja. Artinya teori ini menekankan pentingnya keyakinan dalam diri pekerja tentang apa yang diharapkan oleh organisasi dari padanya dan bahwa bahwa prestasi kerjanya dinilai dengan menggunakan criteria yang rasioanal dan objektif
4.      Teori ini menyangkut harapan. Artinya teori ini tidak menekankan apa yang realisyik dan rasional. Yang ditekakanakan ialah bahwa haparan pekerja mengenai prestasi kerja, imbalan dan hasil pemuasan tujuan individual akan menentukan tingkat usahanya, bukan hasil itu sendiri.
D.    Teori Tujuan
Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku.
Teori ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada intuitif yang solid. Penelitian-penelitian yang didasarkan pada teori ini menggambarkan kemanfaatannya bagi organisasi.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives =MBO) menggunakan teori penetapan tujuan ini. Berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan, disusun tujuan-tujuan untuk divisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu.
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
E.     Model-model Motivasi
1.      Motivasi Intrinsik
Dalam motivasi intrinsik, Thomas menggambarkan karyawan sebagai orang yang termotivasi secara intrinsik apabila dia benar-benar peduli dengan pekerjaannya, mencari cara yang lebih baik untuk melakukannya, mendapat kekuatan dan kepuasan dengan melakukannya sebaik mungkin. Dan mengemukakan bahwa teori intrinsik dicapai ketika orang mengalami perasaan-perasaan adanya pilihan, kompetensi, penuh arti, dan kemajuan.
2.      Model Edwards
(Saefullah: 2012) sebagaimana mengutip Edwards tentang kebutuhan-kebutuhan yang dapat mempengaruhi motivasi individu, diklasifikasikan menjadi beberapa kebutuhan (intrinsik) yang tampak pada manusia dengan kekuatan yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
a.       Achievement : kebutuhan untuk berbuat baik daripada orang lain yang mendorong individu menyelesaikan tugas lebaih sukses, untuk mencapai prestasi yang tinggi.
b.      Deference : kebutuhan mengikuti pendapat orang lain, mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan, menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan dan lain sebagainya
c.       Order : kebutuhan untuk membuat rencana-rencana yang teratur.
d.      Exhibition : kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain berusaha menjadi pusat perhatian.
e.       Autonomy : kebutuhan untuk mandiri, tidak bergantung pada orang lain.
f.       Affiliation : kebutuhan untuk menjalin persahabatan dengan orang lain.
g.      Intraception : kebutuhan untuk memahami perasaan orang lain
h.      Succorance : kebutuhan untuk mendapatkan bantuan dan simpati orang lain
i.        Dominance : kebutuhan untuk bertahan pada pendapatnya
j.        Abasement : kebutuhan yang menyebabkan individu merasa berdosa apabila ada kesalahan
k.      Nutrurance : kebutuhan untuk membantu atau menolong orang lain
l.        Charge : kebutuhan untuk membuat pembaharuan-pembaharuan
m.    Endurance : kebutuhan yang menyebabkan individu bertahan pada suatu pekerjaan sampai selesai, tidak suka diganggu bila sedang bekerja
3.      Keadilan organisasi
Karyawan yang bekerja pada sebuah organisasi akan berharap bahwa organisasi tersebut memperlakukan mereka dengan adil.
4.      Model Equity
Model ini menjelaskan bahwa setelah persepsi ketidakadilan terbentuk, karyawan mencoba meraih kembali keadilan dengan mengurangi jumlah kontribusi mereka. Misalnya, karyawan mulai datang terlambat ke kantor dengan tujuan mengurangi waktu dan kerja keras yang mereka kontribusikan pada perusahaan.
Dalam keadaan demikian, pihak lembaga harus melakukan langkah-langkah konkret agar para karyawan memahami kondisi lembaga, diantaranya sebagai berikut:
a.       Penjelasan sistematis mengenai kondisi lembaga yang diberikan oleh manajemen level atas
b.      Para manajer dengan bersungguh-sungguh menunjukkan empati terhadap para pekerja jika gaji atau intensif kurang memadai
c.       Jika ada PHK, alasan-alasan harus dijelaskan secara detail, jika perlu didukung data finansial yang menjustifikasi PHK sebagai jalan terbaik untuk menghindarkan perusahaan dari kebangkrutan.
d.      Semua karyawan diberikan kesempatan yang cukup untuk mengajukan pertanyaan atau memberika pendapat.
e.       Setelah melakukan kegiatan di atas, untuk menghindari adanya persepsi ketidakadilan pada masa yang akan datang, lembaga dapat melakukan peninjauan kebijakan-kebijakan mereka yang berlaku saat ini. Kebijakan perlu diubah jika ada potensi untuk menimbulkan ketidakadilan.
5.      Model Karakteristik Pekerjaan dan Penetapan Target
Model ini menjelaskan bahwa motivasi yang tinggi dapat diraih melalui karakteristik dari pekerjaan. Karakteristik pekerjaan yang dianggap paling penting untuk memotivasi karyawan adalah task identity (identitas tugas), task significance (signifikansi tugas), skill varienty (variasi keahlian), autonomy (otonomi), feedback (umpan balik) dan goal setting (penetapan target).
(Saefullah: 2012) Dari seluruh uraian di atas, apabila disimpulkan ada 3 model motivasi utama yang sering diajukan, yaitu sebagai berikut:
a.       Model tradisional
Model ini menyatakan bahwa motivasi pada seseorang hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis, khususnya untuk pekerja hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang.
b.      Model human relation
Diartikan sebagai model hubungan manusiawi dengan penekanan pada kontak sosial merupakan kebutuhan bagi manusia yang bekerja dalam suatu organisasi.
c.       Model sumber daya manusia
Dengan penekanan pada motivasi tidak hanya oleh masalah pemenuhan kebutuhan biologis, tetapi juga kebutuhan mendapatkan kepuasan.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara menggerakkan dan mengerahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri.
Salah satu hasil para usaha ilmuan yang mendalami teori motivasi ialah dikembangkannya apa yang dikenal dengan teori harapan. Dewasa ini, dapat dikatakan bahwa teori harapan adalah teori dipandang paling baik menjelaskan motivasi seseorang dalam kehidupan organisasionalnya.
Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku.
Dari teori-teori tersebut, terdapat Model-model Motivasi, antara lain: Motivasi Intrinsik, Model Edwards, Keadilan organisasi, Model Equity, Model Karakteristik Pekerjaan dan Penetapan Target